Sunday 25 March 2012

"IRASIONALITAS DAN JUDGEMENT ERROR DALAM SOAL KEUANGAN PRIBADI"

Ketika memutuskan beragam soal dalam bidang keuangan pribadi, kita ternyata begitu mudah tergelincir dalam jebakan irasionalitas yang sungguh melenakan. Bayangan irasionalitas itu selalu datang tanpa pernah disapa, menelusup dalam ruang batin kita, dan kemudian membikin proses pengambilan keputusan melenceng dari akal sehat.

 kita mau membicangkan dengan renyah sejumlah error dan irasionalitas yang acap muncul dalam dalam soal keuangan pribadi.
Sejatinya, ilmu yang menelisik aspek ini disebut sebagai financial psychology atau juga financial behavior – atau sejenis ilmu yang mempelajari perilaku dan proses pengambilan keputusan keuangan.
Ternyata, ada begitu banyak error yang ditemukan dalam proses financial behavior ini.  Sebagai informasi, error ini dikembangkan berdasar penelitian empirik yang melibatkan ribuan responden. Artinya beragam error ini tidak muncul dari Hongkong begitu saja, namun dilacak dari berbagai eksperimen dan riset yang melibatkan perilaku nyata manusia dalam kehidupan keuangannya.
Dalam kesempatan ini, kita hanya mau menelisik tiga jenis judgement error yang lazim dilakukan manusia dalam proses pengambilan keputusan keuangan.
Error # 1 : Loss Aversion. Ribuan orang dari ratusan negara telah diteliti, dan ternyata ada satu error yang nempel pada begitu banyak orang di muka bumi ini. Nama error itu adalah loss aversion. Atau sejenis ketakutan yang amat berlebihan akan risiko hilangnya potensi pendapatan.
Ketika dihadapkan pada pertanyaan untuk memilih antara : A) apakah Anda ingin mendapatkan uang 1 juta atau B) Apakah Anda tidak ingin kehilangan uang 1 juta; maka mayoritas responden pasti memilih opsi B. Sebagian besar orang ternyata memilih potensi untuk tidak kehilangan pendapatan daripada potensi mendapatkan keuntungan.
Sebuah riset juga menemukan fakta menarik : dampak emosional kehilangan uang satu juta ternyata jauh lebih nancep dibanding emosi ketika seseorang mendapatkan bonus satu juta. Dalam hitungan minggu biasanya Anda akan “lupa” dengan bonus satu juta itu. Namun, kehilangan uang satu juta ternyata bisa tetap nempel di hati hingga berbulan-bulan lamanya, dan memunculkan “emotional impact” yang jauh lebih mendalam.
Loss aversion kemudian menjelma menjadi error, sebab aspek ini membuat begitu banyak orang memiliki ketakutan yang berlebihan untuk mengambil sebuah risiko keuangan.
Saya kira loss aversion error inilah yang juga menjawab mengapa jumlah populasi entrepreneur di muka bumi ini hanya sekitar 7 %. Sebabnya sederhana : mayoritas orang lebih memilih kepastian pendapatan, daripada menjemput risiko yang “tampaknya begitu menakutkan”.
Error # 2 : Confirmation Bias. Error ini terjadi ketika kita “hanya” memilih dan mendengarkan informasi yang membenarkan (atau mengkonfirmasi) persepsi yang telah kita miliki. Contoh : misalkan Anda mau membeli sepeda motor, dan hati kecil Anda sebenarnya sudah agak cocok dengan Yamaha. Lalu Anda browsing ke Google untuk mencari beragam informasi mengenai berbagai merek dan kelebihan/ kekurangannya.
Karena mengalami “confirmation bias error”, maka Anda cenderung memilih untuk hanya membaca info yang membenarkan kehebatan Yamaha, dan cenderung mengabaikan informasi lain (misal tentang kelemahan Yamaha atau juga kekuatan merk Honda atau pesaing lainnya).
Confirmation bias ini acapkali terjadi dalam proses pengambilan keputusan dalam manajemen perusahaan. Misal, top management cenderung hanya akan “mendengarkan” masukan/informasi yang mengkonfirmasikan dan membenarkan persepsi yang telah ada di benak mereka sebelumnya (meski masukan itu boleh jadi tidak begitu valid).
Error # 3 : Herd Behavior. Eror ini menyangkut sikap manusia yang suka latah dan bergerak secara bergerombolan. Ternyata berdasar riset financial behavior, perilaku manusia itu acapkali ndak beda jauh dengan bebek : sekelompok pergi ke Utara, lalu semuanya ikut ke utara. Kerumunan bergerak ke selatan, semuanya lalu ikut ke selatan. Kerumunan pergi ke laut, mungkin semaunya ikut ke laut juga. Yang penting sama dengan kemana gerombolan bergerak.
Error ini acapkali terjadi dalam dunia konsumsi. Banyak orang beli BB, lalu semua orang ikut beli. Banyak orang beli Kerupuk Ma Icih, lalu semua orang ikut-ikutan beli. That’s herd behavior. Perilaku bergerombol layaknya bebak sedang angon di sawah.
Itulah tiga jenis error dalam soal personal finance. Silakan tiga error ini diingat baik-baik, dan kelak ketika Anda menemui situasi seperti diatas, segera sadar. Mungkin Anda atau rekan di sekeliling Anda tengah terbius dalam jebakan error dan irasionalitas yang melenakan.

sumber:www.strategimanajement.net

No comments: